Ujian ialah Ujian

Hari berlalu, dan monoton seperti ini.

Sekedar formalitas, yang sebenarnya sudah merupakan rahasia umum!

Kepolosan siapa yang masih bertahan atau dipertahankan atau terpertahankan?

Yang ada di hadapan kita kini, sebuah ironi yang tidak lain adalah demi kita, bahkan juga mereka.

Dan tentu saja, untuk hari depan ‘bersama’.

Menyalahkan siapa?

Kata WS. Rendra, mengapa maksud baik dengan maksud baik bisa saling bertentangan?

 Maksud baik mana yang harus kita pihaki?

Bahkan demi yang kita kejar itu, adalah kertas nan putih bersih –sebelumnya- yang kita corengi. Dengan tarian pena, dan tentu saja,control dari super-bio-computer yang ada di antara kedua telinga.

Anggap saja seperti itu.

Tidak ada yang benar, seorangpun tidak.

Lantas kita bisa apa?

Sebuah paradoks yang menyulitkan kita diantara kefanatikan iman atau keriaan hari depan.

Kita mungkin tidak memilih, tapi seolah sudah ‘terhadirkan’dalam keadaan yang memihak pada pilihan kedua.

Sekali lagi tentang hari depan.

Atau bisakah kutambahi? Nama baik.

Ah, kalangan intelek pun bukannya orang-orang yang kertasputihnya belum dicorengi. Justru kepunyaan mereka yang telah dipenuhi corengan rumus sumber domestic mereka.

Cermati!

Kepolosan yang murni rata-rata ada di tingkat bawah.

Sekedar ‘pemanis kuping’kah, bahwa kelurusan yang kita jaga akan membawa kita ke atas?

Lantas siapa mereka, yang ada diatas sana?

Orang-orang dengan permainan pena yang begitu cantik!

Sulit menentukan pilihan, bukan?

Semoga intensitas suara hati masih tinggi. Ada waktunya untukdituruti, dan mau tidak mau, harus menyangkal diri.

Hahaha.

(kutulis di detik-detik menjengahkan menunggu waktu ujian Bahasa Indonesia selesai. Dulu. Dan hari ini kutemukan terselip di binder lamaku. Haha, tidak terasa satu generasi sudah berlalu. dan waktu-waktu itu akan tiba kembali. maksudku, kepada kalian, yang sedang berdebar menanti hari-hari itu. 15 april dan seterusnya.

semoga bermanfaat :)

Miss you Min Gi, dan all of you, I-tujjuh ^^ sukses selalu disana)