BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Dalam Pernyataan
International Financial Reporting Standards (IFRS) Kerangka Dasar Penyusunan
dan Penyajian Laporan Keuangan menyatakan bahwa laporan keuangan bertujuan
untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Untuk pengambilan keputusan
ekonomi, para pelaku bisnis membutuhkan informasi mengenai kondisi dan kinerja
keuangan perusahaan.
Untuk dapat
menginterpretasikan informasi akuntansi yang relevan dengan tujuan dan
kepentingan pemakainya telah dikembangkan seperangkat teknik analisis yang
didasarkan pada laporan keuangan yang dipublikasikan. Salah satu teknik
tersebut yang populer diaplikasikan dalam praktek bisnis adalah analisis rasio
keuangan.
Analisis laporan keuangan
dapat dilakukan dengan melakukan analisa terhadap rasio-rasio keuangan yang
menggambarkan hubungan diantara perkiraan-perkiraan laporan keuangan. Analisis
rasio berorientasi dengan masa depan yang berarti bahwa dengan analisis rasio
dapat digunakan sebagai alat untuk meramalkan keadaan keuangan serta hasil
usaha di masa yang akan datang. Oleh karena itu analisis rasio keuangan dapat
membantu para pelaku bisnis, dan
pihak pemakai laporan
keuangan lainnya dalam menilai kondisi keuangan perusahaan yang juga bermanfaat
untuk memprediksi laba/rugi perusahaan di masa yang akan datang. Bagi para
investor rasio keuangan dapat digunakan untuk membuat keputusan apakah akan
membeli kepemilikan suatu perusahaan serta menilai kondisi perusahaan saat ini
dan untuk mengetahui prospeknya dimasa akan datang. Selain itu rasio keuangan
juga dapat digunakan untuk menentukan kemampuan suatu perusahaan dalam membayar
hutangnya.
Mengingat pentingnya
kegiatan menganalisis laporan keuangan menggunakan analisis rasio, maka perlu
ada nya praktek langsung untuk menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan.
Ada pun sebagai bahan untuk analisis rasio keuangan, penulis memilih PT. Kalbe
Farma karena ada beberapa hal yang dianggap menarik. Hal-hal tersebut antara
lain :
1. Untuk farmasi, PT Kalbe
Farma merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang sudah cukup besar.
2. Saham PT Kalbe farma, Tbk
menjadi salah satu yang cukup diminati investor dengan harga saham yang
terakhir mencapai harga Rp 3.400 per lembar
3. Penjualan PT. Kalbe Farma
yang setiap tahunnya selalu meningkat dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2012
Dari berbagai alasan
ketertarika terhadap perusahaan di atas, diharpkan nantinya diketahui apakah
sebenernya kinerja perusahaan sudah cukup baik atau malah kurang baik.
1.2.
Rumusan Masalah
Ruang lingkup penelitian
yang akan dilakukan akan dibatasi pada hal-hal berikut:
1. Permasalahan yang hendak
dibahas adalah bagaimana kinerja keuangan PT . Kalbe Farma pada tahun 2007-2011
?
2. Bagaimana kah likuiditas,
efisiensi aset, leverage, dan profitability dari PT. Kalbe Farma ?
3. Rasio-rasio dan instrumen
yang digunakan dalam analisis laporan keuangan ini ada lah :
·
Rasio lancar
·
Rasio cepat
·
Periode penagihan rata-rata
·
Tingkat pengembalian investasi dari pendapatan operasi
·
Marjin laba operasi
·
Perputaran total aktiva
·
Perputaran piutang usaha
·
Perputaran persediaan
·
Perputaran aktiva tetap
·
Rasio hutang
·
Rasio laba terhadap beban bunga
·
Pengembalian ekuitas saham biasa
1.3.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini di
bagi menjadi 2 yaitu, tujuan umum dan khusus:
1.3.1.
Tujuan Umum
1.
Menganalisis kinerja keuangan suatu perusahaan menggunakan rasio-rasio
2.
Diharapkan dapat menambah pengetahuan para pembaca makalah
1.3.2
Tujuan Khusus
Memenuhi tugas mata
kuliah Manajemen Keuangan sesuai kontrak perkuliahan pertemuan 3-4 : “
Mengevaluasi Kinerja Keuangan Perusahaan”
1.4.
Manfaat Penulisan
1. Sebagai bahan
pelajaran bagi mahasiswa.
2. Sebagai wacana awal
bagi penyusunan karya tulis selanjutnya.
3. Sebagai literature
untuk lebih memahami kegiatan akuntansi, khususnya
dalam hal menganalisa
laporan keuangan.
1.5.
Metodologi Penelitian
Dalam penulisan Karya
Tulis ini, metodologi penelitian yang digunakan adalah :
•
Studi pustaka yaitu dengan mencari referensi dari buku-buku yang berkaitan
dengan penulisan karya tulis ini
•
Penjelajahan internet yaitu dengan mencari beberapa informasi di mesin pencari
yang tidak penulis tidak dapatkan dari buku-buku
1.6
Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran
secara keseluruhan tentang makalah ini, berikut disajikan sistematika
pembahasan makalah yang terdiri dari 3 bab, dengan susunan sebagai berikut
BAB
I PENDAHULUAN
Berisi tentang pembahasan
tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, metodologi penelitian dan sistematika penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
Bab ini menyajikan hasil
pengolahan data, analisis dari 12 rasio yang digunakan untuk menilai kinerja
keuangan perusahaan
BAB III KESIMPULAN
DAN SARAN
Bab ini merupakan bagian
akhir dari penulisan makalah. Isi bab ini adalah ringkasan dan kesimpulan atas
pembahasan analisis yang dilakukan pada bab sebelumnya, yang dirangkum dalam
bentuk kesimpulan likuiditas, efisiensi aset, leverage, dan profitabilitas.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
LIKUIDITAS PERUSAHAAN
1.1
Current Ratio (Rasio Lancar)
RASIO LANCAR =
2007
|
= 4,92
|
2008
|
= 3,33
|
2009
|
= 2,98
|
2010
|
= 4,39
|
2011
|
= 3,65
|
Rasio lancar menunjukkan
likuiditas perusahaan yang diukur dengan membandingkan aktiva lancar terhadap
hutang lancar (hutang lancar atau hutang jangka pendek). Berdasarkan grafik di
atas, rasio lancar PT.Kalbe Farma,Tbk dari tahun 2007 hingga 2011 mengalami
kenaikan dan penurunan tiap tahunnya. Bisa dilihat di tahun 2007 aktiva
lancarnya bernilai Rp3.760,0 milyar sedangkan kewajiban lancarnya bernilai
Rp754,6 milyar dapat disimpulkan likuiditas perusahaan mencapai 4,98.
Pada tahun 2008 terjadi
penurunan pada nilai rasio lancar. Rasio lancarnya menurun sebesar 1,63 dari
4,98 menjadi 3,33. Penurunan ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah kewajiban
aktivalancar yang bernilai Rp1.250,37 milyar dari Rp754,62 milyar.Penurunan
rasio lancar ini disebabkan kenaikan aktiva lancar namun dibarengi juga dengan
kenaikan kewajiban lancarnya sebagai pembaginya. Kewajiban lancar ini jumlahnya
meningkat dimana di tahun 2008 perusahaan Kalbe Farma,Tbk memiliki hutang
obligasi yang bernilai Rp258,55 milyar.
Pada tahun 2009
perusahaan Kalbe Farma,Tbk ini kembali mengalami penurunan rasio lancar. Rasio
lancarnya menurun dari 3,33 menjadi 2,98. Sama seperti pada tahun 2008
penurunan rasio ini disebabkan karena meningkatnya jumlah kenaikan aktiva
lancar dan dibarengi dengan kenaikan kewajiban lancarnya. Kewajiban lancar yang
naik ini salah satunya disebabkan karena kenaikan pinjaman jangka pendeknya
dari Rp145,8 milyar ditahun 2007 mencapai Rp339,1 milyar di tahun 2008. Dengan
penurunan rasio lancar ini tentu saja perusahaan Kalbe Farma,Tbk ini mempunyai
kemampuan yang lebih kecil untuk memenuhi kewajiban jatuh tempo atau kurang
liquid dari tahun sebelumnya.
Pada tahun 2010 ini kita
bisa lihat bahwa adanya kenaikan jumlah rasio lancar yang bisa dikatakan cukup
signifikan . Rasionya meningkat dari yang tadinya hanya 2,98 di tahun 2009 kini
menjadi 4,39 di tahun 2010. Ini ditandai dengan meningkatnya kas yang
mempengaruhi jumlah aktiva atau asset lancar yang tadinya di tahun 2009 hanya
berjumlah Rp4701,8 milyar menjadi Rp5037,26 di tahun 2010. Di tahun ini jumlah
hutang lancar yang harus kita bayarkan berkurang dari tahun sebelumnya dari
Rp1574,1 menjadi hanya Rp1146,4.
Pada tahun 2011 lagi-lagi
perusahan Kalbe Farma,Tbk harus menerima bahwa rasio lancarnya kembali
mengalami penurunan, yang tadinya bernilai 4,39 kini menjadi 3,65. Penurunan
ini disebabkan karena meningkatnya pinjaman jangka pendek perusahaan dari
Rp24,29 menjadi Rp140,05 milyar . Dengan meningkatnya pinjaman jangka pendek
berarti meningkat pula jumlah kewajiban lancar yang harus dibayarkan oleh
perusahaan dan otomatis menjadi kurang liquid.
1.2
Quick Ratio (Rasio Cepat)
RASIO CEPAT
2007
|
= 3,09
|
2008
|
=2,04
|
2009
|
= 1,99
|
2010
|
=4,25
|
2011
|
=2,60
|
Rasio cepat (rasio
acid-test) menunjukan liquiditas perusahaan, seperti yang diukur dengan
membandingkan aktiva lancar,kecuali persediaan,terhadap kewajiban lancarnya. Di
tahun 2007 rasio cepatnya (rasio acid-test) bernilai 3,09.
Berdasarkan analisis
laporan keuangan, rasio cepat pada tahun 2008 mengalami penurunan bernilai 2,04
dari 3,09. Penurunan ini terjadi karena adanya kenaikan jumlah persedian
(inventories) dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp1606,12 milyar. Selain itu
penurunan rasio cepat terjadi disebabkan pula oleh jumlah kewajiban jangka panjangnya
yg meningkat drastis dr Rp754,6 milyar (2007) menjadi Rp1250 ,3 milyar (2008).
Pada tahun 2009 lagi-lagi
terjadi penurunan rasio dari tahun sebelumnya. Kini rasio cepatnya bernilai
1,99. Ini disebabkan oleh jumlah kewajiban lancarnya meningkat dari yang
tadinya hanya Rp1250,3 milyar (2008) menjadi Rp1575,1 milyar (2009)
Pada tahun 2010 kenaikan
rasio cepat yang cukup signifikan karena yang tadinya acid-test ratio bernilai
1,99 kini meningkat menjadi 4,25. Kenaikan rasio yang terjadi di tahun 2010 ini
disebabkan karena jumlah aktiva lancarnya meningkat dari tahun sebelumnya,
namun jumlah persedian yang seharusnya mengurangi jumlah total aktiva lancar
justru mengalami penurunan dari Rp1561,3 milyar menjadi Rp1550,8 milyar. Selain
faktor tadi, di tahun 2010 ini jumlah kewajiban lancarnyapun berkurang dari
Rp1574,1 (2009) menjadi Rp1146,4 (2010) karena pinjaman jangka pendeknya hanya
sedikit ditahun 2010 ini.
Pada tahun 2011 sayangnya
perusahaan Kalbe Farma,Tbk ini harus mengalami penurunan setelah kenaikan yg
cukup signifikan di tahun 2010. Penurunan rasio di tahun ini mencapai 2,60 dari
4,25.Penurunan rasio ini disebabkan karena kenaikan jumlah persediaan dr
Rp1550,8 milyar menjadi Rp1705,1 milyar yang mengurangi total aktiva lancarnya.
Faktor lainnya yaitu adanya peningkatan jumlah kewajiban lancar sebagai
pembaginya dr Rp1146,4 milyar (2010) menjadi Rp1630,5 (2011).
1.3
Average Collection Period (Periode Penagihan Rata-rata)
PERIODE PENAGIHAN
RATA-RATA =
2007
|
= 48,30
|
2008
|
= 46,38
|
2009
|
= 52,94
|
2010
|
= 48,49
|
2011
|
=54,70
|
Periode penagihan
rata-rata yaitu rata-rata periode tagihan menandakan seberapa cepat perusahaan
menagih kreditnya, yang diukur oleh rata-rata jumlah hari penagihan piutang
dagang. Pada tahun 2007 periode penagihan rata-ratanya bernilai 48,30 hari.
Pada tahun 2008 periode
penagihan rata-ratanya berkurang menjadi 46,38 hari. Berkurangnya periode
penagihan rata-rata ini disebabkan karena jumlah piutang nya meningkat dari
Rp927,0 (2007) menjadi Rp1001,16 (2008) dan kenaikan jumlah daily credit
salesnya. Hal ini menunjukan bahwa di tahun 2008 PT Kalbe Frama mempunyai waktu
yang lebih sedikit dari tahun sebelumnya untuk menagih piutangnya.
Pada tahun 2009 menurut
perhitungan periode penagihan rata-rata, kini jumlah periode untuk menagih
piutangnya lebih panjang dibanding tahun sebelumnya. Bisa dilihat bahwa di
tahun ini, periode penagihan rata-ratanya sebesar 52,94 hari . Ini berarti PT
Kalbe Farma,Tbk memiliki piutang dan daily credit sales yang lebih banyak dari
tahun 2008.
Pada tahun 2010 periode
penagihan rata-ratanya memiliki tenggang waktu yang lebih pendek dari tahun
sebelumnya yaitu 48,49 hari. Hal ini terjadi karena piutang ditahun 2010
besarnya tidak jauh beda dengan piutang di tahun 2009 yaitu Rp1363 (2010) dan
Rp1318 (2010) namun daily credit sales di tahun 2010 terlalu besar.
Pada tahun 2011 periode
tagihan rata-rata PT Kalbe Farma,Tbk mempunyai waktu yang jauh lebih panjang
untuk menagih piutangnnya yaitu 54,7 hari.Tenggang waktu yang panjang untuk
menagih piutang yang dimiliki PT Kalbe Farma,Tbk sebanding dengan jumlah
piutang yang dimiliki dan beredar semakin banyak.
2.
Efisiensi Penggunaan Aset
2.1 OIROI
(Operating Income Return on Investment)
OIROI=
2007
|
= 0,21
|
2008
|
= 0,20
|
2009
|
= 0,24
|
2010
|
= 0,25
|
2011
|
= 0,23
|
OIROI (Tingkat
Pengembalian Investasi dari Pendapatan Operasi) menunjukkan keefektifan
manajemen dalam menghasilkan laba operasional atas aset-aset perusahaaan, yang
diukur dengan membandingkan laba operasional terhadap total aktiva. Pada tahun
2007 total pengembalian investasi PT Kalbe Frama bernilai 0,21 atau 21 %.
Pada tahun 2008 tingkat
pengembalian investasi dari pendapatan operasi menurun menjadi 0,20. Penurunan
ini tidak begitu drastis dari tahun sebelumnya karena laba operasinya pun tidak
mengalami kenaikan yang cukup signifikan besarnya namun total aktivanya yang
meningkat dr yg hanya Rp5138,2 milyar (2007) menjadi Rp5703,8 milyar (2008)
Pada tahun 2009
pengembalian investasi dari pendapatan operasi (OIROI) kembali meningkat
menjadi 0,24. Peningakatan ini terjadi karena peningkatan jumlah penjualan
bersih dari tahun 2008 yang mempengaruhi laba operasinya dari Rp1142,7 milyar
di tahun 2008 menjadi Rp1565,8 milyar ditahun 2009. Hal ini berarti PT Kalbe
Frama menghasilkan pengembalian yang kompetitif pada aktiva perusahaan.
Pada tahun 2010 (OIROI)
tingkat pengembalian investasi dari pendapatan operasi meningkat sedikit
menjadi 0,25. Alasan peningkatan OIROI di tahun 2010 hampir sama dengan
peningkatan yang terjadi di tahun sebelumnya yaitu tahun 2009. Bisa dilihat
bahwa tahun 2009 laba operasinya Rp1565,8 milyar sedangkan di tahun 2010 laba
operasinya menjadi Rp1790,9 dikarenakan penjualan di tahun 2010 pun meningkat.
Penjualan meningkat maka laba operasinya pun akan meningkat.
Pada tahun 2011 (OIROI)
tingkat pengembalian investasi dari pendapatan operasi kembali menurun menjadi
0,23.Hal ini dikarenakan kenaikan laba operasi akibat penjualan dan juga
kenaikan aktiva. Namun dapat dikatakan tingkat pengembalian investasi setiap
tahunnya masih dalam angka yang stabil. Ini berarti PT Kalbe Farma,Tbk dapat
menghasilkan laba yang kompetitif pada aktiva perusahaan.
2.2
Operating Profit Margin ( Marjin Laba Operasi )
Operating
Income
Sales
Operating Profit Margin
|
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
1.129.354
7.004.910
|
1.142.712
7.877.366
|
1.565.875
9.087.348
|
1.790.904
10.226.789
|
1.967.971
10.991.860
|
|
0,16
|
0,14
|
0,17
|
0,17
|
0,18
|
Operating Profit Margin
atau Marjin Laba Operasi adalah variabel penting dalam memahami profitabilitas
operasi perusahaan. Marjin Laba Operasi menunjukkan keefektifan manajemen dalam
mengelola laporan keuangan perusahaan yang diukur dengan membandingkan laba
usaha terhadap penjualan. Berdasarkan Annual Report PT. Kalbe Farma tahun 2007,
terlihat bahwa dari setiap penjualan 7.004 miliar diperoleh keuntungan sebesar
1.129 miliar, atau dapat pula disimpulkan PT. Kalbe Farma mampu memperoleh laba
16% dari total penjualan yang dilakukan. Dalam hal ini pihak manajemen sudah
cukup efektif , mengatur beban yang ada dalam proses operasi penjualan.
Pada tahun 2008 terjadi
peningkatan baik pada total laba operasi maupun total penjualan, namun marjin
laba operasi pada tahun ini menunjukan penurunan sebesar 2%. Total laba operasi
pada tahun 2008 memang meningkat 1,1 % dari 1.129 miliar menjadi 1.142 miliar
namun persentase peningkatan laba operasi ini tidak sebanding dengan persentase
peningkatan total penjualan yang meningkat sebanyak 12,4 %. Karena ketimpangan
ini lah maka marjin laba operasi PT. Kalbe Farma pada tahun 2008 menurun.
Profit marjin akan menunjukan peningkatan positif apabila terjadi peningkatan
yang seimbang pada laba operasi dan total penjualan.
Pada tahun 2009 marjin
laba operasi PT. Kalbe Farma menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan,
bahkan melampaui marjin laba operasi pada tahun 2007. Marjin laba operasi
meningkat sebanyak 3 % dari tahun sebelum nya. Penjualan bersih Kalbe tumbuh
sebesar 15,4% menjadi Rp9.087,3 miliar, sementara laba usaha dan laba bersih
tercatat sebesar Rp1.565,9 miliar dan Rp929,0 miliar. PT. Kalbe Farma berhasil
meningkatkan marjin laba operasi nya dari 14 % menjadi 17 %. Peningkatan marjin
laba operasi ini beriringan dengan peningkatan laba operasi sebesar 37 % dan
juga peningkatan total penjualan sebesar 15 %. Karena persentase peningkatan
laba operasi jauh lebih besar daripada peningkatan total penjualan maka marjin
laba usaha pun meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa PT. Kalbe Farma telah mampu
kembali mengontrol beban-beban yang ada sehingga laba operasi pun pada akhirnya
bisa mengalami peningkatan.
Pada tahun 2010 marjin
laba operasi PT. Kalbe Farma tidak mengalami pergerakan signifikan, persentase
laba operasi nya tetap berada di titik 17 %. PT. Kalbe Farma di tahun 2010 memang
mengalami pemingkatan total penjualan dari yang semula 9.087 miliar hingga
mencapai total penjualan bersih Rp10.227 miliar atau pertumbuhan 12,5%,
sementara laba usaha tercatat meningkat dari Rp1.565 miliar menjadi Rp1.791
miliar atau meningkat 14.4%
dibanding tahun
sebelumnya. Secara keseluruhan kestatisan marjin laba operasi pada tahun 2010
disebabkan oleh tidak tercapai nya target pendapatan PT. Kalbe, dimana
pencapaian pendapatan Kalbe di tahun 2010 sebesar Rp10.227 miliar adalah 96,4%
dari anggaran yang ditargetkan oleh Manajemen. Tidak tercapainya target
pendapatan tersebut antara lain disebabkan oleh dampak dari divestasi divisi
kemasan, dimana pendapatan dari divisi kemasan yang dikonsolidasikan ke total
pendapatan hanya untuk periode 7 bulan, selain karena kinerja pertumbuhan yang
tidak merata pada unit bisnis Perseroan.
Pada tahun 2011, PT Kalbe
Farma dapat kembali meningkatkan marjin laba operasi nya. Peningkatan bergerak
mencapai angka 18 %. Peningkatan ini terjadi seiring dengan peningkatan laba
operasi dari Rp1.790 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp1.967 milliar pada tahun
2011. Pertumbuhan laba usaha adalah sebesar 9,8 % dari tahun sebelum nya.
Pertumbuhan laba operasi juga dibarengi dengan pertumbuhan penjualan yakni dari
Rp10.226 miliar pada rahun 2010 menjadi Rp10.991 miliar pada tahun 2011.
Pertumbuhan penjualan adalah sebesar 7,4 % dari tahun sebelum nya. Peningkatan
pada laba operasi dan total penjualan ini lah yang menyebabkan marjin laba
operasi PT. Kalbe Farma pada tahun 2011 meningkat 1 %. Peningkatan ini
menunjukkan bahwa target pendapatan yang sebelum nya tidak tercapai di tahun
2010, pada tahun 2011 sudah dapat dicapai dengan menyelesaikan hambatan
hambatan yang ada pada tahun 2010. Marjin laba operasi 18 % ini menunjukkan
bahwa PT. Kalbe Farma bisa memperoleh laba sebesar 18 % dari total penjualan
yang telah dilakukan. Angka ini sudah cukup baik, bila dibandingkan tahun tahun
sebelum nya. Peningkatan ini juga menunjukkan bahwa pengontrolan pihak
manajemen terhadap biaya-biaya yang mempengaruhi laba operasi menjadi lebih
baik dari pengontrolan pada tahun sebelum nya.
2.3
Total Asset Turnover ( Perputaran Total Aktiva )
Sales
Total
Assets
Total Asset Turnover
|
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
7.004.910
5.138.213
|
7.877.366
5.703.832
|
9.087.348
6.482.447 |
10.226.789
7.032.497
|
10.911.860
8.274.554
|
|
1,36
|
1,38
|
1,4
|
1,45
|
1,31
|
Total Asset Turnover atau
Perputaran Total Aktiva Tetap merupakan komponen kedua dari tingkat
pengembalian pendapatan terhadap operasi investasi. Total Perputaran Aktiva
diukur dengan penjualan dolar per satu dolar dari aktiva. Rasio ini menunjukkan
seberapa efisien perusahaan menggunakan aktiva nya untuk menghasilkan
penjualan.
Pada tahun 2007,
perputaran total aktiva PT Kalbe Farma adalah sebesar 1,36 kali. Hal ini
menunjukkan bahwa dari setiap satu dolar aktiva yang dimiliki PT Kalbe, dapat
dihasilkan 1,36 dolar penjualan. Perlu diketahui bahwa total aktiva sebesar
Rp5.138,2 miliar pada tanggal 31 Desember 2007, meningkat 11,1% dari Rp4.624,6
miliar pada tahun 2006. Aktiva Lancar mengalami pertumbuhan sebesar 13,2% dari
Rp3.321,3 miliar pada tahun 2006 menjadi Rp3.760,0 miliar pada tahun 2007,
terutama diakibatkan oleh peningkatan piutang usaha yang berasal dari kenaikan
tingkat penjualan serta penambahan tingkat persediaan guna mengantisipasi
kelangkaan bahan baku tertentu. Sementara, total aktiva tidak lancar mengalami
peningkatan sebesar 5,7% menjadi Rp1.378,2 miliar pada tahun 2007 dari
Rp1.303,3 miliar pada tahun 2006.
Pada tahun 2008,
Perputaran Total Aktiva dari PT Kalbe Farma meningkat dari 1,36 kali pada tahun
2007 menjadi 1,38 kali pada tahun 2008. Hal ini menunjukkan bahwa dari setiap 1
dolar aktiva yang dimiliki PT Kalbe Farma, dapat dihasilkan 1, 38 dolar
penjualan. Diketahui pula bahwa total aktiva PT. Kalbe Farma adalah sebesar
Rp5.703,8 miliar pada tanggal 31 Desember 2008, meningkat 11,0% dibandingkan
Rp5.138,2 miliar pada tahun 2007. Aktiva lancar mengalami pertumbuhan sebesar
10,8% dari Rp3.760,0 miliar pada tahun 2007 menjadi Rp4.168,0 miliar pada tahun
2008. Peningkatan tersebut disebabkan oleh peningkatan kas dan setara kas
sebesar 18,4% serta naiknya persediaan sebesar 12,6% sebagai akibat dari
kenaikan harga bahan baku. Sementara pada total aktiva tidak lancar terjadi
peningkatan sebesar 11,4% dari Rp1.378,2 miliar pada tahun 2007 menjadi
Rp1.535,8 miliar pada tahun 2008. Secara keseluruhan peningkatan jumlah aktiva
yang dibarengi dengan peningkatan total penjualan telah pula meningkatkan
perputaran toal aktiva PT. Kalbe Farma pada tahun 2008. Hal ini menunjukkan
bahwa PT Kalbe Farma telah lebih efisien mengelola aktiva nya untuk
meningkatkan penjualan.
Pada tahun 2009,
Perputaran Total Aktiva PT. Kalbe Farma meningkat dari 1,38 kali pada tahun
2008 menjadi 1,4 kali pada tahun 2009. Telah terjadi peningkatan aktiva pada
tahun 2009 yaitu sebesar Rp6.482,4 miliar pada tanggal 31 Desember 2009,
meningkat 13,7% dibandingkan Rp5.703,8 miliar pada tahun 2008. Aktiva lancar
mengalami pertumbuhan sebesar 12,8% dari Rp4.168,0 miliar pada tahun 2008
menjadi Rp4.701,9 miliar pada tahun 2009. Peningkatan tersebut disebabkan oleh
peningkatan kas dan setara kas sebesar 18,2%, piutang usaha 28,7% serta aktiva
lancar lainnya. Sementara peningkatan total aktiva tidak lancar mencapai 15,9%
dari Rp1.535,8 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp1.780,5 miliar pada tahun 2009.
Dengan peningkatan perputaran total aktiva PT kalbe pada tahun 2009 menunjukkan
bahwa PT Kalbe telah lebih baik mengelola aktiva nya sehingga bisa menjadi
lebih efisien untuk bisa sebanding meningkatkan penjualan.
Pada tahun 2010,
Perputaran Total Aktiva PT. Kalbe Farma meningkat dari 1,45 pada tahun
sebelumnya menjadi 1,45 kali. Peningkatan Perputaran Total Aktiva ini sejalan
dengan peningkatan penjualan dan peningkatan total aktiva. Dalam tahun 2010 penjualan
bersih PT. Kalbe Farma adalah sebesar Rp10.227 miliar meningkat sebesar 12,5%
dari Rp9.087 miliar pada tahun 2009. Secara keseluruhan, Divisi Distribusi dan
Kemasan memberikan kontribusi yang tertinggi sebesar 35,7% dari penjualan
bersih, disusul oleh Divisi Obat Resep dengan 25,2%, dan kemudian Divisi
Nutrisi dan Divisi Produk Kesehatan, yang masing-masing menyumbang 22,4% dan
16,6% pada total pendapatan bersih. Untuk tahun 2010, sekitar 96,0% dari total
penjualan diperoleh dari pasar dalam negeri. Di samping itu, peningkatan total
aktiva juga dapat dilihat yaitu pada tanggal 31 Desember 2010, PT. Kalbe Farma
tercatat memiliki total aktiva sebesar Rp7.032 miliar, meningkat 8,5%
dibandingkan Rp6.482 miliar pada tahun 2009. Aktiva lancar mengalami kenaikan
sebesar 7,1% dari Rp4.702 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp5.037 miliar pada
tahun 2010. Peningkatan tersebut disebabkan oleh peningkatan kas dan setara kas
sebesar 21,7%, piutang usaha sebesar 4,9% serta peningkatan aktiva lancar
lainnya. Sementara itu, peningkatan total aktiva tidak lancar mencapai 12,1%
dari Rp1.780 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp1.995 miliar pada tahun 2010.
Secara Keseluruhan PT. Kalbe Farma tetap bisa mempertahankan kinerja manajemen
nya untuk bisa memanfaatkan aktiva yang ada seefisien mungkin untuk
menghasilkan penjualan yang cukup baik.
Pada tahun 2011, secara
mengejutkan perputaran Total Aktiva PT. Kalbe Farma mengalami penurunan. Dari
yang semula sebesar 1,45 kali pada tahun sebelumnya, menjadi hanya 1,31 kali
pada tahun 2011. Penurunan tingkat perputaran total aktiva ini tidak sebanding
dengan peningkatan penjualan dan peningkatan total aktiva PT. Kalbe Farma pada
tahun 2011. Pada tahun 2011 total aktiva meningkat dari Rp7.032 miliar menjadi
Rp8.274 miliar. Pertumbuhan sebesar 17,66 %. Penjualan PT. Kalbe Farma pun
meningkat dari Rp10.226 miliar menjadi Rp10.991 miliar. Pertumbuhan penjualan
sebesar 7,4 % dari tahun sebelumnya. Ketimpangan antara pertumbuhan penjualan
dengan petumbuhan aktiva ini lah yang mengakibatkan perputaram total aktiva PT.
Kalbe Farma pada tahun 2011 menurun.
2.4
Accounts Receivabe Turnover ( Perputaran Piutang Usaha )
Credit
Sales
Accounts
Receivable
Accounts Receivable Turnover
|
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
7.004.910
869.572
|
7.877.366
935.357
|
9.087.348
1.203.940
|
10.226.789
1.262.710
|
10.991.860
1.529.991
|
|
8,05
|
8,42
|
7,54
|
8,09
|
7,18
|
Accounts Receivable
Turnover atau Perputaran Piutang Usaha adalahUsaha untuk mengukur seberapa
sering piutang usaha berubah menjadi kas dalam setahun. Piutang yang
dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan volume
penjualan kredit, karena timbulnya piutang disebabkan oleh penjualan
barang-barang secara kredit dan hasil dari penjualan secara kredit netto dibagi
dengan piutang rata-rata merupakan perputaran piutang.
Pada tahun 2007,
Perputaran Piutang usaha PT. Kalbe Farma adalah 8,05 kali. Hal ini berarti
bahwa dalam setahun PT Kalbe Farma mampu merubah piutang menjadi kas sebanyak
8,05 kali. Hal ini didapat dari total penjualan sebesar Rp7.004 miliar dibagi
dengan jumlah piutang yang ada pada tahun 2007 yaitu sebanyak Rp869 miliar.
Pada tahun 2008,
perputaran piutang usaha PT. Kalbe Farma meningkat dari 8,05 kali pada tahun
2007 menjadi 8,42 kali pada tahun 2008. Hal ini menandakan bahwa penagihan
piutang dilakukan setiap 43 hari selama setahun. Peningkatan ini dipengaruhi
pula oleh peningkatan penjulan dan peningkatan jumlah piutang dari tahun
sebelumnya. Kalbe berhasil mencatat penjualan bersih sebesar Rp7.877,4 miliar
pada tahun 2008; meningkat sebesar 12,5% dari Rp7.004,9 miliar pada tahun 2007.
Kenaikan harga telah dilakukan atas beberapa produk terutama untuk mengimbangi
biaya bahan baku yang meningkat. Penjualan bersih dari Divisi Distribusi dan
Kemasan memberikan kontribusi terbesar, yaitu sebesar 27,5%, diikuti oleh
Divisi Obat Resep, Divisi Nutrisi, dan Divisi Produk Kesehatan, yang
masing-masing memberikan kontribusi sebesar 27,1%, 24,5% dan 20,9%. Peningkatan
piutang juga terjadi yaitu dari Rp869 miliar pada yahun 2007 menjadi Rp935
miliar pada tahun 2008. Pada dasarnya peningkatan perputaran pitang pada tahun
2008 ini menandakan bahwa PT. Kalbe Farma telah lebih baik menagih piutang nya
dibandingkan pada tahun sebelum nya.
Pada tahun 2009,
Perputaran Piutang Usaha PT. Kalbe Farma menurun dari 8,42 kali pada tahun 2008
menjadi 7,54 kali pada tahun 2009. Penurunan ini tidak sebanding dengan
peningkatan yang terjadi pada total penjualan dan total piutang. Telah terjadi
ketimpangan, yaitu total kenaikan penjualan jauh lebih tinggi daripada total
kenaikan piutang. Kalbe berhasil mencatat penjualan bersih sebesar Rp9.087,3
miliar pada tahun 2009, meningkat sebesar 15,4% dari Rp7.877,4 miliar pada
tahun 2008 seiring dengan perbaikan kinerja pada seluruh unit bisnis. Secara
keseluruhan, Divisi Distribusi dan Kemasan memberikan kontribusi yang tertinggi
sebesar 35,3% dari penjualan bersih, disusul oleh Divisi Obat Resep dengan 24,4
%, dan kemudian Divisi Nutrisi dan Divisi Produk Kesehatan, yang masing-masing
menyumbang 21,3% dan 19,0% pada total pendapatan bersih. Untuk tahun 2009,
sekitar 96,3% dari total penjualan diperoleh dari pasar dalam negeri. Meskipun
rata-rata perputaran piutang mengalami kenaikan sebesar 5 hari, dari 43 hari di
tahun 2008 menjadi 48 hari di tahun 2009, Direksi Perseroan berkeyakinan bahwa
piutang Perseroan dapat ditagihkan sesuai jadwal dan jumlah penyisihan piutang
ragu-ragu senilai Rp7,4 miliar cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas
tidak tertagihnya piutang usaha. Hal ini lah yang menyebab kan perputaran
piutang usaha pada tahun 2009 menurun.
Pada tahun 2010,
perputaran piutang PT. Kalbe Farma mengalami kenaikan. Dari 7,54 kali pada
tahun 2009 naik menjadi 8,09 kali pada tahun 2010. Perputaran piutang sebanyak
8,09 kali dalam setahun mengartikan bahwa PT. Kalbe Farma berhasil melakukan
penagihan atas piutangnya setiap 45 hari sekali. Peningkatan tingkat perputaran
piutang ini dipengaruhi pula oleh peningkatan total penjualan dan peningkatan
piutang. Dalam tahun 2010 Kalbe berhasil mencatat penjualan bersih sebesar
Rp10.227 miliar meningkat sebesar 12,5% dari Rp9.087 miliar pada tahun 2009.
Secara keseluruhan, Divisi Distribusi dan Kemasan memberikan kontribusi yang
tertinggi sebesar 35,7% dari penjualan bersih, disusul oleh Divisi Obat Resep
dengan 25,2%, dan kemudian Divisi Nutrisi dan Divisi Produk Kesehatan, yang
masing-masing menyumbang 22,4% dan 16,6% pada total pendapatan bersih. Untuk
tahun 2010, sekitar 96,0% dari total penjualan diperoleh dari pasar dalam
negeri. Dapat disimpulkan bahwapada tahun 2010, rata-rata
perputaran piutang mengalami penurunan sebanyak 4 hari, dari 48 hari pada tahun
2009 menjadi 44 hari. Hal ini harusnya menjadi PR bagi Manajemen Perseroan agar
piutang Perseroan dapat ditagihkan sesuai jadwal dan jumlah penyisihan piutang ragu-ragu
senilai Rp8 miliar cukup untuk menutup kemungkinan kerugian atas tidak
tertagihnya piutang usaha.
Pada tahun 2011,
Perputaran Piutang PT. Kalbe Farma mengalami penurunan, yaitu dari 8,09 kali
pada tahun 2010 menjadi hanya 7,18 kali pada tahun 2011. Angka 7, 18 kali
mengartikan bahwa PT. Kalbe Farma melakukan penagihan terhadap piutang usaha
nya setiap 50 hari sekali. Angka 50 hari merupakan penagihan yang cukup lama
bila dibandingkan dengan tahun tahun sebelumnya. Meskipun perputaran piutang
PT. Kalbe Farma pada tahun 2011 menurun, Total penjualan PT Kalbe Farma padA
tahun 2011 adalah meningkat. Total penjualan Kalbe selama tahun 2011 mencapai
Rp10.912 miliar, mengalami pertumbuhan sebesar 6,7% dibandingkan tahun 2010
sebesar Rp10.227 miliar. Pada tahun 2010 Perseroan masih mencatat adanya
kontribusi penjualan dari PT Kageo Igar Jaya Tbk, yang merupakan anak
perusahaan Kalbe yang bergerak di bidang pengemasan. Pada bulan Agustus 2010,
Perseroan melakukan divestasi saham PT Kageo Igar Jaya Tbk. Jika kontribusi
penjualan dari usaha pengemasan tersebut tidak diperhitungkan, Perseroan
mencatat pertumbuhan sebesar 9,0%. Selain peningkatan total penjualan, PT Kalbe
Farma juga mengalami peningkatan jumalah piutang pada tahun 2011, yaitu dari
Rp1.262 miliar pada tahun 2011 menjadi Rp1.529 miliar pada tahun 2011.
Peningkatan penjualan tidak sebanding dengan peningkatan piutang tertagih ,
sehingga perputaran piutang pada tahun 2011 turun.
2.5
Inventory Turnover ( Perputaran Persediaan)
Cost of
Goods Sold
Inventory
Inventory Turnover
|
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
2,41
|
2,53
|
2,93
|
3,26
|
3,14
|
Inventory Turnover atau
Perputaran Persediaan adalah adalah ukuran seberapa sering persediaan barang
dagang terjual dalam waktu satu periode. Periode dapat dalam masa tahunan
ataupun bulanan. Pada tahun 2007, Perputaran Persediaan PT. Kalbe Farma
mancapai titik 2,41 kali. Hal ini menunjukkan bahwa dalam setahun PT. Kalbe
Farma melakukan pengisian ulang persediaan sebanyak 2,41 kali atau pengisian
ulang dilakukan setiap 151 hari.
Pada tahun 2008,
Perputaran Persediaan PT. Kalbe Farma mengalami peningkatan. Dari titik 2,41
kali pada taun 2007 menjadi 2,53 kali pada tahun 2008. Angka 2,53 ini
menunjukkan bahwa dalam setahun PT. Kalbe Farma melakukan 2,53 kali pengisian
ulang persediaan. Atau dengan kata lain persediaan yang dimiliki PT. Kalbe
Farma dapat bertahan selama 144 hari. Dan harus dilakukan pengisian ulang
persediaan setelahnya.
Padda tahun 2009,
Perputaran Persediaan PT. Kalbe Farma mengalami peningkatan dari titik 2,53
kali pada tahun 2008 menjadi 2,93 kali pada tahun 2009. Angka 2,93 ini
menunjukkan bahwa dalam setahun PT. Kalbe Farma melakukan 2,93 kali pengisian
persediaan. Persediaan yang dimiliki PT Kalbe Farma pada tahun 2009 dapat
bertahan selama 124 hari. Berkurangnya lama waktu perputaran persediaan pada
tahun 2009 disebabkan oleh Direksi yang pada tahun 2009 secara serius melakukan
perbaikan Pengelolaan Rantai Pasokan secara end-to-end dari
tahap pembelian bahan baku, persediaan bahan jadi, produksi, pengaturan
persediaan produk hingga distribusi.
Pada Tahun 2010,
Perputaran Persediaan PT. Kalbe Farma mengalami peningkatan dari titik 2,93
kali pada tahun 2009 menjadi 3,26 kali pada tahun 2010. Angka 3,26 ini
menunjukkan bahwa dalam setahun PT. Kalbe Farma melakukan 3,26 kali pengisian
persediaan. Persediaan yang dimiliki PT Kalbe Farma pada tahun 2010 dapat
bertahan selama 111 hari. Berkurangnya lama waktu perputaran persediaan pada
tahun 2010 disebabkan oleh Tim Kerja Pengelolaan Rantai Pasokan (Supply Chain
Task Force) yang terus masuk ke detil-detil rantai pasokanmenyeluruh (end-to-end)
Grup Kalbe yang dimulai daripenyediaan bahan baku, produksi, pemasaran,
penjualan,hingga distribusi dan logistik.
Pada tahun 2011,
Perputaran Persediaan PT. Kalbe Farma mengalami penurunan dari titik 3,26 kali
pada tahun 2010 menjadi 3,14 kali pada tahun 2011. Angka 3,14 ini menunjukkan
bahwa dalam setahun PT. Kalbe Farma melakukan 3,14 kali pengisian persediaan.
Persediaan yang dimiliki PT Kalbe Farma pada tahun 2011 dapat bertahan selama
116 hari. Bertambahnya lama waktu perputaran persediaan pada tahun 2011
disebabkan oleh ada nya beberapa hal yang tidak sesuai target dari tim kerja
pengelolaan rantai pasokan.
2.6 Fix
Assets Turnover (Perputaran Aktiva Tetap)
Fix Assets Turnover
|
=
|
Sales
|
|||
Fix Assets
|
|||||
2007
|
7,004,910
|
=
|
5.08
|
||
1,378,204
|
|||||
2008
|
7,877,366
|
=
|
5.13
|
||
1,535,777
|
|||||
2009
|
9,087,347
|
=
|
5.09
|
||
1,786,279
|
|||||
2010
|
10,226,789
|
=
|
5.11
|
||
2,000,951
|
|||||
2011
|
10,911,860
|
=
|
4.71
|
||
2,318,430
|
Rasio Perputaran Aktiva
Tetap menunjukkan kemampuan aktiva tetap untuk menghasilkan penjualan,
menunjukkan aktiva yang ditunjukkan oleh jumlah hasil penjualan per Rp1 aktiva
tetap. Pada tahun 2007, PT. Kalbe Farma,Tbk memiliki total penjualan sebesar
Rp7.004,9 miliar dengan jumlah aktiva tetap sebesar Rp1.378,2. Sehingga rasio
perputaran aktiva tetap pada tahun 2007 adalah 5,08. Hal ini menunjukkan bahwa
setiap Rp1 aktiva tetap dapat menghasilkan penjualan sebanyak Rp5,08 atau
dengan kata lain penjualan yang terjadi sebesar 5,08 kali total aktiva tetap.
Pada tahun 2008, rasio
perputaran aktiva tetap mengalami kenaikan sebesar 0,05 poin menjadi 5,13
dibandingkan tahun 2007. Artinya, setiap Rp1 aktiva tetap dapat menghasilkan
penjualan sebanyak Rp5,13 atau jumlah penjualan tahun 2008 sama dengan 5,13
kali total aktiva tetap. Kalbe berhasil mencatat penjualan sebesar Rp7.877,4
miliar pada tahun 2008; meningkat sebesar 12,5% dari Rp7.004,9 miliar pada
tahun 2007. Kenaikan harga telah dilakukan atas beberapa produk terutama untuk mengimbangi
biaya bahan baku yang meningkat. Sementara pada total aktiva tidak lancar
terjadi peningkatan sebesar 11,4% dari Rp1.378,2 miliar pada tahun 2007 menjadi
Rp1.535,8 miliar pada tahun 2008.
Selanjutnya, penurunan
sebanyak 0,04 poin pada perputaran aktiva tetap menuju 5,09 terjadi di tahun
2009. Sehingga setiap Rp1 aktiva tetap dapat menghasilkan penjualan
sebanyakRp5,09 atau dengan kata lain penjualan yang terjadi pada tahun 2009
adalah sebanyak 5,09 kali dari total aktiva tetap. Kalbe berhasil mencatat
penjualan sebesar Rp9.087,3 miliar pada tahun 2009, meningkat sebesar 15,4%
dari Rp7.877,4 miliar pada tahun 2008 seiring dengan perbaikan kinerja pada
seluruh unit bisnis. Sementara peningkatan total aktiva tidak lancar mencapai
15,9% dari Rp1.535,8 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp1.780,5 miliar pada tahun
2009.
Di tahun 2010, terjadi
kenaikan sebanyak 0,03 poin pada tingkat perputaran aktiva tetap, yang semula
5,09 di tahun 2009 menjadi 5,13 di tahun 2010. Berarti, setiap Rp1 aset tetap
dapat menghasilkan penjualan sebanyak Rp5,13 atau penjualan Kalbe tahun 2010
merupaan 5,13kali total aset tetapnya. Dalam tahun 2010 Kalbe berhasil mencatat
penjualan sebesar Rp10.227 miliar meningkat sebesar 12,5% dari Rp9.087 miliar
pada tahun 2009. Sementara itu, peningkatan total aktiva tidak lancar mencapai
12,1% dari Rp1.780 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp1.995 miliar pada tahun
2010.
Pada tahun 2011,
penurunan bilangan rasio perputaran aktiva tetap cukup drastic dari 5,13 di
tahun 2010 menjadi 4,71 saja. Dimana setiap Rp4,71 penjualan dapat dihasilkan
dari setiap Rp1 aktiva tetap atau jumlah penjualan Kalbe pada tahun 2011 sama
dengan 4,71 kali total aktiva tetapnya. Pada tahun 2011, perseroan mencatat
penjualan sebesar Rp10.912 miliar, meningkat sebesar 6,7% dibandingkan Rp10.227
miliar pada tahun 2010. Tingkat pertumbuhan tersebut tercatat lebih rendah
dibandingkan tahun sebelumnya, karena pertumbuhan penjualan pada tahun 2011
terutama bersumber dari pertumbuhan volume. Aset tidak lancar perseroan
mengalami peningkatan dari Rp2.001 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp2.318
miliar pada tahun 2011. Kenaikan aset tidak lancar tersebut secara signifkan
dipengaruhi olehpeningkatan aset tetap dari Rp1.605 miliar pada tahun 2010
menjadi Rp1.860 miliar pada tahun 2011 yang terutama berupa kepemilikan
langsung danaset dalam pengerjaan. Selain kenaikan aset tetap peningkatan aset
tidak lancar juga dipengaruhi oleh peningkatan aset tidak lancar lainnya dan
penyertaan saham.
Kesimpulannya, perputaran
aktiva tetap PT. Kalbe Farma,Tbk selama periode 2007-2011 sangat fluktuatif,
tetapi masih dalam katagori cukup (diatas 1) karena semakin tinggi rasio ini
semakin efektif penggunaan aktiva tetap tersebut. Rasio perputaran aktiva tetap
menunjukkan besaran yang meningkat pada tahun 2009 dan 2010, yang berarti ada
peningkatan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva tetap terkait proses
produksi dan operasional perusahaan dalam memenuhi tujuan yang diharapkan pada
tahun tersebut. Permasalahan yang mungkin muncul pada waktu manajemen
mengartikan rasio perputaran akitva tetap adalah inflasi. Inflasi dapat
menyebabkan nilai sebagian besar aktiva yang dibeli di masa lalu akan
dinyatakan terlalu rendah (ingat prinsip pengakuan biaya historis).
3.
Keputusan Pendanaan
3.1 Debt Ratio / Debt to
Asset Ratio (Rasio Hutang terhadap Aset)
Debt to Assets Ratio
|
=
|
Total Liabilities
|
||
Total Assets
|
||||
2007
|
1,121,188
|
=
|
0.22
|
|
5,138,212
|
||||
2008
|
1,358,990
|
=
|
0.24
|
|
5,703,832
|
||||
2009
|
1,691,512
|
=
|
0.26
|
|
6,482,447
|
||||
2010
|
1,260,361
|
=
|
0.18
|
|
7,032,497
|
||||
2011
|
1,758,619
|
=
|
0.21
|
|
8,274,554
|
Rasio hutang menunjukkan
berapa banyak hutang yang digunakan untuk membiayai aset-aset perusahaan.
Berdasarkan Annual Report PT. Kalbe Farma tahun 2007, terlihat bahwa sebanyak
Rp1.121,1 miliar hutang perusahaan digunakan untuk membiayai aset sebesar
Rp5.138,2 miliar, atau dapat pula disimpulkan PT. Kalbe Farma membiayai 22%
aset perusahaan dengan hutang, sedangkan sisanya sebanyak 78% aset didanai oleh
ekuitas pemegang saham.
Pada tahun 2008 terjadi
peningkatan baik pada total hutang maupun total aset, menjadikan pendanaan aset
PT. Kalbe Farma oleh hutang bertambah menjadi 24%, sedangkan sisanya 76% aset
dibiayai oleh ekuitas pemegang saham. Sebanyak Rp1.358,9 miliar aset dari total
Rp5.703,8 milar dibiayai oleh hutang. Penyebab utama naiknya kewajiban
Perseroan adalah pinjaman jangka pendek yang meningkat sebesar
Rp102,2 miliar dari Rp43,7 miliar pada tahun 2007 menjadi Rp145,9 miliar pada
tahun 2008, meningkatnya hutang pajak menjadi sebesar Rp177,9 miliar
pada tahun 2008 dari Rp127,0 miliar pada tahun 2007. Aktiva lancar mengalami
pertumbuhan sebesar 10,8% dari Rp3.760,0 miliar tahun 2007 menjadi Rp4.168,0
miliar pada tahun 2008. Peningkatan tersebut disebabkan oleh peningkatan kas
dan setara kas sebesar 18,4% serta naiknya persediaan sebesar
12,6% sebagai akibat dari kenaikan harga bahan baku. Sementara pada
total aktiva tidak lancar terjadi peningkatan sebesar 11,4% dari Rp1.378,2
miliar pada tahun 2007 menjadi Rp1.535,8 miliar pada tahun 2008.
Pada tahun 2009 lagi-lagi
terjadi peningkatan baik pada total hutang maupun total aset, hal ini tercermin
dari bertambahnya rasio Debt-to-Asset PT. Kalbe Farma menjadi 26%, dimana
sebanyak Rp1.691,5 miliar total hutang digunakan untuk menutup 26% dari total aset
yang dimiliki yaitu Rp6.482,4 miliar, sedangkan 74% aset dibiayai dari ekuitas
pemegang saham. Kenaikan kewajiban Perseroan tersebut berasal dari pinjaman
bank jangka pendek yang naik menjadi Rp339,1 miliar pada tahun 2009
dari Rp145,9 miliar pada tahun 2008, disusul oleh hutang usaha yang
meningkat sebesar 57,6% dari Rp305,6 miliar pada tahun 2008 menjadi Rp481,5
miliar pada tahun 2009 dan hutang pajak yang tumbuh menjadi
Rp273,2 miliar dari Rp177,9 miliar. Pada akhir Juni 2009, Perseroan telah
melunasi Obligasi Kalbe Farma I Tahun 2006 dengan jumlah pokok sebesar Rp300
miliar. Aktiva lancar mengalami pertumbuhan sebesar 12,8% dari Rp4.168,0 miliar
pada tahun 2008 menjadi Rp4.701,9 miliar pada tahun 2009. Peningkatan tersebut
disebabkan oleh peningkatan kas dan setara kas sebesar 18,2%,
piutang usaha 28,7% serta aktiva lancar lainnya. Sementara peningkatan total
aktiva tidak lancar mencapai 15,9% dari Rp1.535,8 miliar pada tahun 2008
menjadi Rp1.780,5 miliar pada tahun 2009.
Pada tahun 2010, total
hutang PT. Kalbe turun drastis, namun jumlah aset tetap menampakan pertumbuhan
positif, sehingga berefek pada mengecilnya rasio Debt-to-Asset pada tahun
tersebut. Sebanyak 18% dari total aset yaitu Rp1.260,3 miliar didanai oleh
hutang, sedangkan sisanya sebesar Rp5.772,1 miliar dibiayai dari ekuitas
pemegang saham. Jumlah Kewajiban Perseroan dalam tahun 2010 menurun sebesar
25,5% menjadi Rp1.260 miliar pada tahun 2010 dari Rp1.691 miliar pada tahun
2009, hal ini disebabkan pelunasan pinjaman bank jangka pendek yang
turun dari Rp339 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp24 miliar pada tahun 2010.
Aktiva lancar mengalami kenaikan sebesar 7,1% dari Rp4.702 miliar pada tahun
2009 menjadi Rp5.037 miliar pada tahun 2010. Peningkatan tersebut disebabkan
oleh peningkatan kas dan setara kas sebesar 21,7%, piutang usaha sebesar 4,9%
serta peningkatan aktiva lancar lainnya. Sementara itu, peningkatan total
aktiva tidak lancar mencapai 12,1% dari Rp1.780 miliar pada tahun 2009 menjadi
Rp1.995 miliar pada tahun 2010.
Pada tahun 2011, kembali
terjadi kenaikan signifikan pada total hutang dan total aset sehingga
mempengaruhi Debt-to-Asset yang meningkat 3% dibanding tahun 2010. Terlihat
bahwa sebanyak Rp1.758,6 miliar hutang perusahaan digunakan untuk membiayai
aset sebesar Rp8.274,5 miliar, atau dapat pula disimpulkan PT. Kalbe Farma
untuk membiayai 21% aset perusahaan dengan hutang, sedangkan sisanya sebanyak
79% aset didanai oleh ekuitas pemegang saham. Pada tahun 2011 total liabilitas
perseroan meningkat menjadi Rp1.758 miliar dibandingkan tahun 2010 sebesar
Rp1.260 miliar. Peningkatan liabilitas ini disebabkan peningkatan utang
usaha sebesar 74,2% atau sekitar Rp362 miliar. Perseroan mencatat
kenaikan total aset per tanggal 31 Desember 2011 menjadi sebesar Rp8.274
miliar, dibandingkan total aset per 31 Desember 2010 sebesar Rp7.032 miliar,
atau meningkat sebesar 17,7%.
Rasio hutang terhadap
aset yang dimiliki oleh PT. Kalbe Farma periode 2007-2012 berkisar antara
18%-26% tergolong bagus, karena rasio Debt-to-Asset yang terlalu besar akan
membatasi kemampuan perusahaan dalam mendapatkan tambahan pendanaan dari
kreditor. Semakin kecil persentase pendanaan yang disediakan oleh hutang maka
semakin besar jaminan perlindungan yang didapatoleh kreditur perusahaan atau
dengan kata lain, semakin tinggi rasio Debts to Assets maka semakin besar
resiko keuangannya, sebaliknya semakin rendah rasio Debts to Assets maka akan
semakin rendah resiko keuangannya.
3.2 Times Interest Ratio
(Rasio Laba terhadap beban Bunga)
Times Interest Ratio
|
=
|
Operating Income
|
|||
Interest Expense
|
|||||
2007
|
1,129,354
|
=
|
20.04
|
||
56,354
|
|||||
2008
|
1,142,712
|
=
|
21.96
|
||
52,045
|
|||||
2009
|
1,565,874
|
=
|
29.30
|
||
53,449
|
|||||
2010
|
1,790,904
|
=
|
86.45
|
||
20,716
|
|||||
2011
|
1,967,982
|
=
|
149.41
|
||
13,172
|
Rasio laba terhadap beban
bunga menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menutupi biaya bunga yang diukur
dengan membandingkan pendapatan usaha terhadap biaya bunga. Dimulai dari tahun
2007, PT. Kalbe Farma mencatat Laba Operasi sebesar Rp1.129,3 miliar dengan
total beban bunga sebesar Rp56,3 miliar. Times Interest Ratio yang didapat
adalah 20.04. Rasio ini bisa diinterpretasikan sebagai berikut : perusahaan
Kalbe farma mempunyai laba operasi yang besarnya 20.04 kali beban bunga.
Di tahun 2008,
peningkatan laba operasi sebanyak Rp13,4 miliar tidak disertai dengan
peningkatan beban bunga, sebaliknya beban bunga menurun dengan selisih Rp4,3
miliar dibanding tahun 2007. Sehingga memberi efek pada bilangan rasio Times
Interest yang merangkak naik menjadi 21,96. Ini menandakan bahwa perusahaan
Kalbe Farma mempunyai laba operasi sebesar 21,96 kali beban bunga yang
dimiliki. Laba usaha Perseroan tumbuh sebesar 1,2% dari Rp1.129,3 miliar pada
tahun 2007 menjadi Rp1.142,7 miliar pada tahun 2008. Krisis ekonomi dunia yang
berdampak kepada kenaikan harga minyak dunia dan bahan baku telah memberikan
tekanan pada laba usaha Perseroan.
Pada tahun 2009, terlihat
perubahan positif pada kedua pos, baik laba operasi maupun beban bunga mencatat
kenaikan sebanyak Rp423,1 miliar pada laba operasi dan Rp14 miliar pada beban
bunga yang mengakibatkan rasio Times Interest lagi lagi meningkat sebanyak 7.94
poin dibandingkan tahun 2010. Rasio tersebut dapat diinterpretasikan bahwa
Perseroan pada tahun 2009 memiliki laba operasi sebesar 29.30 kali beban bunga.
Laba usaha Perseroan tumbuh sebesar 37,0% dari Rp1.142,7 miliar pada tahun 2008
menjadi Rp1.565,9 miliar pada tahun 2009.
Tahun 2010, tercatat
pemerosotan beban bunga hingga Rp32,7 miliar , sebaliknya laba operasi tetap
memperlihatkan perkembangan positif menuju 1.790,9 miliar. Sehingga rasio Times
Interest Earned melonjak menjadi 84,45 yang artinya Perseroan memiliki laba
operasi sebanyak 84,45 kali beban bunga di tahun tersebut. Merosotnya beban
bunya dikarenakan pada bulan Juni 2009, Perusahaan telah melunasi seluruh
hutang obligasi tersebut saat jatuh temponya, sehingga di tahun 2010 tidak ada
lagi bunga hutang obligasi yang harus dikeluarkan. Pada tahun 2010, laba
operasi naik sebesar 14,4% dari Rp1.566 miliar pada tahun 2009 menjadi Rp1.791
miliar pada tahun 2010 disebabkan adanya pengendalian biaya produksi disertai
dengan peningkatan produktivitas kinerja Perseroan.
Selanjutnya, di tahun
2011 beban bunga lagi lagi terjun menjadi dari Rp32,7 miliar pada tahun 2010
menjadiRp13,1 miliar saja di tahun 2011. Lain halnya dengan laba operasi yang
selalu menjukan pertambahan nilai menjadi Rp1.967,9 miliar yang awalnya hanya
Rp1.790,9 di tahun 2010. Sehingga rasio yang dihasilkan hampir mencapai dua
kali lipat rasio di tahun sebelumnya yaitu menjadi 149,41, besar bilangan
tersebut mengartikan bahwa banyaknya laba operasi yang dimiliki Kalbe Farma
adalah 149,41 kali besar beban bunga pada tahun 2011.
Secara keseluruhan Rasio
Times Interest PT. Kalbe Farma pada periode 2007-2012 menunjukan situasi yang
baik, bahkan mengalami pelonjakan fantastis pada tahun 2010 dan 2011. Semakin
tingginya rasio tersebut menunjukkan semakin baiknya kemampuan Perseroan dalam
melunasi bunga pinjaman, meskipun barangkali juga menunjukkan terlalu rendahnya
penggunaan hutang perusahaan.
4.
PENGEMBALIAN ATAS EKUITAS
Return on Equity
|
=
|
Net Income
|
|||||
Total Equity
|
|||||||
2007
|
705,694
|
=
|
0.21
|
||||
3,386,862
|
|||||||
2008
|
706,822
|
=
|
0.20
|
||||
3, 622,399
|
|||||||
2009
|
929,004
|
=
|
0.22
|
||||
4,310,438
|
|||||||
2010
|
1,286,330
|
=
|
0.24
|
||||
5,373,784
|
|||||||
2011
|
1,482,237
|
=
|
0.24
|
||||
6,214,818
|
|||||||
Return on Equity
menunjukkan rata-rata perhitungan pengembalian atas investasi pemegang saham
yang diukur dengan membandingkan pendapatan bersih terhadap ekuitas saham
biasa. Di tahun 2007, Perseroan mencatat laba bersih sebesar Rp705,6 miliar
dengan besar ekuitas saham biasa Rp3.386,8 miliar. Hal ini menghasilkan rasio
pengembalian saham sebesar 0,21 atau dapat dikatakan bahwa setiap Rp1 modal
sendiri menghasilkan laba bersih sebesar Rp21 yang tersedia bagi pemegang
saham.
Pada tahun 2008, besar
pengembalian ekuitas turun 0,01 poin, dari yang awalnya 0,21 di tahun 2007
menjadi 0.20 di tahun 2008 walaupun baik dari sisi laba bersih maupun total
ekuitas menunjukan perkembangan. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa pada
tahun 2008 setiap Rp1 modal sendiri menghasilkan laba bersih sebesar Rp20 yang
tersedia bagi pemegang saham. Laba bersih Perseroan mengalami pertumbuhan
sebesar 0,2% dari Rp705,7 miliar pada tahun 2007 menjadi Rp706,8 miliar pada
tahun 2008. Ekuitas Perseroan meningkat sebesar 6,9% menjadi Rp3.622,4 miliar
dari Rp3.386,9 miliar pada tahun 2007.
Kemudian di tahun 2009,
terjadi kenaikan 0.2 poin pada kalkulasi rasio Return on Equity, yang semula
0.20 pada tahun 2008 menjadi 0.22 di tahun 2009. Angka tersebut menjelaskan
bahwa setiap Rp22 pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham diperoleh
dari setiap Rp1 modal biasa. Ekuitas Perseroan meningkat sebesar 19,0% menjadi
Rp4.310,4 miliar dari Rp3.622,4 miliar pada tahun 2008. Laba bersih Perseroan
mengalami pertumbuhan sebesar 31,4% dari Rp706,8 miliar pada tahun 2008 menjadi
Rp929,0 miliar pada tahun 2009.
Pada tahun 2010,
lagi-lagi terjadi pertumbuhan sebesar 0.2 poin pada perhitungan Return on
Equity, dari 22% di tahun 2009 menjadi 24% di tahun 2010. Persentase ini
menandakan bahwa pada tahun 2010, setiap Rp1 modal biasa menghasilkan
pendapatan bersih sebesar Rp24 yang tersedia bagi pemegang saham. Laba bersih
Perseroan mengalami kenaikan yang menggembirakan sebesar 38,5% dari Rp929
miliar pada tahun 2009 menjadi Rp1.286 miliar pada tahun 2010. Selain didukung
kinerja operasional yang baik, faktor lain yang turut memberikan dampak positif
adalah penurunan tarif pajak Perusahaan dari 28% menjadi 25% pada tahun 2010
dan peningkatan kepemilikan atas PT Enseval Putera Megatrading Tbk serta PT
Saka Farma Laboratories yang telah menurunkan hak minoritas atas laba bersih
anak perusahaan sebesar Rp63 miliar. Pada tahun 2010, ekuitas Perseroan
meningkat sebesar 24,7% menjadi Rp5.374 miliar dari Rp4.310 miliar pada tahun
2009.
Selanjutnya di tahun
2011, Return on Equity Perseroan kokoh pada poin 0,24 tanpa perubahan. Walapun
laba bersih dan modal biasa menunjukan peningkatan. Hal ini berarti pada tahun
2011 setiap Rp24 pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham diperoleh
dari setiap Rp1 modal saham biasa. Laba bersih Perseroan mengalami pertumbuhan
sebesar 13,3% dari Rp1,344 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp1,523 miliar pada
tahun 2011. Selain karena pengaruh kinerja operasional, peningkatan tersebut juga
disebabkan oleh peningkatan kepemilikan pada pT enseval putera Megatrading Tbk.
pada tahun 2011, ekuitas perseroan meningkat sebesar 12,9% menjadi Rp6.516
miliar dibandingkan Rp5.772 miliar pada tahun 2010. Peningkatan tersebut
terutama disebabkan oleh peningkatan saldo laba ditahan perseroan meningkat
sebesar 14,8% dari Rp5.581 miliar pada tahun 2010 menjadi Rp6.407 miliar pada
tahun 2011. Sehubungan dengan program pembelian Kembali Saham yang sudah
berakhir pada tahun 2009, sampai dengan tanggal 31 Desember 2011, saham yang
dibeli kembali oleh perseroan mencapai Rp687 miliar atau sejumlah 780.990.000
saham.
Secara garis besar Rasio
Return on Equity PT. Kalbe Farma periode 2007-2012 cukup baik, walaupun tidak
ada peningkatan signifikan namun Kalbe tetap menjaga angka ROE tetap pada
posisi positif. ROE yang positif menunjukkan bahwa perusahaan dapat
menghasilkan keuntungan dengan kemampuan modal sendiri yang dapat menguntungkan
para pemegang saham. Sedangkan ROE negatif, yang berarti bahwa perusahaan tersebut
tidak dapat menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dapat
menguntungkan pemegang saham. Meskipun rasio ini mengukur laba dari sudut
pndang pemegang saham, rasio ini tidak memperhitungkan dividen maupun capital
gain untuk pemegang saham. Karena itu rasio ini bukan pengukur return pemegang
saham yang sebenarnya.
BAB III
PENUTUP
3.1
Simpulan
3.1.1
Aspek Likuiditas
Untuk tingkat likuiditas
PT Kalbe Farma Tbk bisa dilihat dari rasio lancar, rasio cepat dan periode
penagihan rata-rata (average collection periode) . Berdasarkan grafiknya,
dari tahun 2007 sampai 2009 rasio lancar dan rasio cepatnya mengalami penurunan
kemudian pada tahun 2010 rasio lancar dan rasio cepatnya kembali mengalami
peningkatan dan di tahun berikutnya rasio lancarnya menurun kembali. Ini
menandakan di tahun 2010 PT Kalbe Farma Tbk mempunyai lebih banyak
aktiva liquid sehubungan dengan hutang jangka pendeknya, ini menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut di tahun 2010 memiliki kemampuan lebih besar untuk memenuhi
kewajiban yang jatuh tempo.Namun bila tingkat likuiditas diukur melalui periode
penagihan rata-ratanya nilainya pun fluktuatif atau naik turun. Dari 2007 ke
2008 periode penagihan rata-ratanya mengalami penurunan dan di tahun 2009 dan
2011 mengalami kenaikan kembali.Dengan demikian di tahun 2009 dan 2011 PT Kalbe
Farma Tbk memiliki waktu yang lebih panjang untuk menagih piutangnya dibanding
tahun 2007,2008,2010.Dapat disimpulkan karena rasio cepat dan rasio lancar pada
perusahaan ini cenderung mengalami penurunan dari 2007 hingga 2011 maka
perusahaan ini kurang liquid.
3.1.2
Aspek Efisensi
Dalam menentukan
efisiensi penggunaan asset, kita dapat melihat dari grafik perputaran total
asset, perputaran piutang dagang, perputaran persediaan, dan perputaran asset tetap.
Dapat dilihat dari grafik keempat rasio tersebut dari tahun 2007 sampai
2011 PT Kalbe Farma Tbk cukup efisien dalam menggunakan asetnya karena
adanya kenaikan rasio dari tahun ke tahun. PT Kalbe Farma Tbk efisien dalam
menggunakan aktivanya untuk menghasilkan penjualan. PT Kalbe Farma Tbk juga
mempunyai cara yang baik dalam mengelola persediaan, menagih piutang usaha dan
juga dalam mengelola penggunaan aktiva tetap perusahaannya.
3.1.3
Aspek Leverage
Dalam menentukan aspek
leverage dalam sebuah perusahaan, kita dapat melihat grafik ROE, rasio hutang,
dan rasio laba terhadap beban bunga. Berdasarkan grafik dari 2007 hingga 2011
leverege perusahaan Kalbe Farma cukup bagus. Dilihat dari rasio hutangnya
yang menunjukkan makin banyaknya hutang untuk membiayai aset perusahaan.
Berdasarkan grafik rasio laba terhadap beban bunga perusahaan Kalbe Farma ini
menunjukan kemampuannya dalam melunasi bunga pinjaman cukup baik. Pada grafik
ini ditunjukkan ROE tetap pada posisi yang positif. ROE yangpositif menunjukkan
bahwa perusahaan dapat menghasilkan keuntungan dengan kemampuan modal sendiri
yang dapat menguntungkan para pemegang saham.
3.1.4
Aspek Profitabilitas
Dalam aspek ini, kita
membicarakan apakah para pemegang saham menerima pengembalian yang pantas atas
investasi mereka. Jawabannya dapat kita lihat pada rasio ROE dimana pemilik PT.
Kalbe Farma,Tbk menerima pengembalian yang cukup menarik yaitu berkisar antara
20%-24% atau dapat dikatakan bahwa setiap Rp1 modal biasa yang pemilik tanamkan
menghasilkan laba bersih sebesar Rp20-24 yang tersedia untuk mereka. Walaupun
grafik ROE sempat turun di tahun 2008, dikarenakan krisis ekonomi global namun
di tahun 2009 kembali meningkat sampai 2011. Disini, PT Kalbe Farma,Tbk bermain
aman dengan menggunakan lebih sedikit pendaanaan dengan hutang (hanya 20%
hutang, dan 80% ekuitas pemegang saham), karena dengan rasio hutang yang rendah
PT Kalbe Farma Tbk bisa meningkatkan dengan cepat pengembaliannya kepada
pemilik. Sedangkan semakin banyak hutang maka semakin besar resiko bag pemegang
sahamnya.
Profitabilitas PT Kalbe
Farma Tbk cenderung aman, hal in dapat dilihat dari perkembangan Laba bersih
dari tahun 2007 yang awalnya Rp705,6 miliar menjadi dua kali lipatnya yaitu
Rp1,4 triliun di akhir 2011. Begitupun dengan ekuitas saham biasa melonjak 100%
dari Rp3,3triliun di tahun 2007 menjadi Rp6,2 triliun di tahun 2011.
Dapat disimpulkan, PT Kalbe Farma memiliki profitabilitas yang baik namun
cenderung stagnan, tidak ada lonjakan atau penurunan yang dramatis. PT Kalbe Farma
sangat disarankan untuk para investor yang ingin bermain aman.
3.2
Saran
1. Secara umum, current
ratio sebesar 2:1 atau lebih bisa disebut bagus, akan tetapi rasio yang terlalu
besar bisa mengindikasikan bahwa PT Kalbe Farma Tbk tidak menggunakan aset
secara produktif dan lebih baik diinvestasikan dalam bentuk lain.
2. Sebaiknya PT. Kalbe Farma
lebih mengawasi kegiatan penagihan piutang supaya likuiditas dan perputaran
piutang perusahaan tetap terjaga. Tenggang waktu yang panjang untuk menagih
piutang yang dimiliki PT Kalbe Farma,Tbk sebanding dengan jumlah piutang yang
dimiliki dan beredar semakin banyak.
3. Tidak ada salahnya jika
PT Kalbe Farma menambah hutang agar terjadi peningkatan pada penngembalian atas
investasinya. Sehingga investor tertarik untuk membeli saham perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Harahap, Sofyan Syafri.
2009. “Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan”. Jakarta: RajaGrafindo
Persada
Kasmir. 2009. “Analisis
Laporan Keuangan”. Jakarta: RajaGrafindo Persada
J. Keown, Arthur.
2008. “Manajemen Keuangan, Edisi 10”. Jakarta: Indeks
Altman. 1968. “Penelitian
Terdahulu: Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kebangkrutan
Perusahaan”.
Aristiani A., Sandra.
2011.”Skripsi: Analisis Merger dan Kinerja Keuangan PT Kalbe Farma Tbk“.
Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro
Kastanya D., Ronald.
2006. “Skripsi : Penilaian usaha PT. Kalbe Farma Tbk. dengan Menggunakan
Pendekatan Pendapatan dan Pendekatan Pasar“. Surabaya: Fakultas Ekonomi
Universitas Kristen Petra
No comments:
Post a Comment